Jumat, 14 April 2023

Koneksi Antar MAteri Model 3.1 Pengambilan Keputusan berdasarkan Nilai-Nilai kebajikan

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEORANG PEMIMPIN

OLEH : ICE FAULIA,S.Pd,M.Si (CGP Angkatan 7 Kota Semarang)


Penerapan Keputusan sebagai seorang pemimpin terkait dengan Folosopi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka yaitu  Seorang Pemimpin Pembelajaran hendaknya menerapkan Sistem Among dalam mengelola  Sekolah dengan selalu menerapkan  tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. semboyan tersebut artinya adalah  Sebagai pemimpin hendaknya memberikan teladan bagi yang dipimpin dalam membuat keputusan dalam  dilema etika ataupun bujukan moral dalam lingkup wilayah kepemimpinannya, Seorang pemimpin pembelajaran juga hendaknya memberikan motivasi kepada yang dipimpin sehingga mempu menguatkan motivasi internal yang telah dimiliki dengan coaching dan juga memberikan motivasi eksternal agar kembali mayakinkan yang dipimpin dalam melangkah, seorang pemimpin pembelajaran sanggup memberikan dorongan kepada guru-guru agar selalu bersemangat dalam berkarya mendidik murid sesuai dengan pendidikan yang berpihak pada murid.

Penanaman Nilai-Nilai kebajikan dalam diri pemimpin akan mempengaruhi prinsip dalam pengambilan keputusan dengan tetap mengacu pada keputusan itu tetap harus berpihak pada murid, Keputusan yang diambil tetap berpijak pada nilai kebajikan, Pengambilan keputusan dilaksanakan seorang pemimpin dengan penuh tanggung jawab.

Penerapan Kegiatan Coaching sebagai salahsatu aktifitas pemimpin pembelajaran dalam kegiatan supervise akademis sangat membantu dalam mengembangan pendidik dan tenaga pendidik dilingkungan sekolah yang dipimpin. Dengan menerapkan paradigma berpikir coaching seperti selalu berfokus pada coachee, selalu bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat dan mampu melihat peluang baru dan masa depan,  Seorang pemimpin pembelajaran menggunakan prinsip coaching dalam melakukan pendekatan bimbingan kepada yang dipimpin, prinsip tersebut antaralain Kemitraan atau kesetaraan antara coach dan coachee, mampu mengembangkan berproses kreatif dengan menjadikan komunikasi bersifat 2 arah, mampu menggali ide coachee agar terbentuk ide baru dari pemikiran coachee serta seorang pemimpin harus mampu  memaksimalkan potensi coachee dalam mencari solusi pemecahan tantangan yang dihadapi. Seorang pemimpin diharapkan mampu menguasai kompetensi inti coaching dalam memimpin antara lain selalu Presence atau hadir penuh, mampu mendengarkan aktif dengan cara menghindari asumsi pada setiap keputusan, tidak melebel dan dapat menyimpulkan kasus berdasarkan fakta, seorang pemimpin dengan kemampuan mengajukan pertanyaan berbobot akan sangat membantu dalam menggali potensi yang dipimpin. Mendengarkan dengan RASA dan melakukan Percakapan kepada yang dipimpin dengan berbasis Coaching serta penerapan alur TIRTA.

Penerapan Kompetensi Sosial Emosional bagi  pemimpin pembelajaran dalam mengelola Dilema Etika antaralain memiliki kesadaran diri dalam memahami perasaan, emosi, nilai diri  serta dampaknya pada pengaruh diri, mampu memanajemen diri, memiliki kesadaran social yaitu dengan memandang sebuah tantangan dari berbagai sudut pandang dan memiliki empati terhadap yang dipimpin dengan latar belakang budaya dan konteks yang berbeda-beda, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berelasi agar dapat mebangun hubungan yang sehat dan sportif serta memiliki kemampuan mengambil keputusan yang bertanggungjawab.

Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu memetakan dan membedakan kasus sebagai dilema etika atau bujukan moral berdasarkan azas kepantasan dan regulasi, apakah tindakan mengambil keputusan bertentangan dengan hukum atau adanya pelanggaran hukum ataukah tindakan tersebut memang tidak pantas dilakukan seorang pendidik berdasarkan intuisi. Dengan mengembalikan pada nilai-nilai seorang pendidik, yang tentu saja mempedomani nilai-nilai kebajikan.

Pengambilan keputusan bagi seorang pemimpin dengan memperhatikan dampak baik jangka pendek maupun jangka panjang  sehingga keputusan tersebut membawa atmosfer positif yang memicu lingkungan yang kondusif, hubungan vertical dan hubungan horizontal yang baik sehingga dampaknya adalah terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman dengan berpedoman keputusan tersebuit tidak menyakiti kelompok kecil dan kelompok besar, dan yang terpenting keteguhan hati seorang pemimpin dalam melaksanakan keputusan dengan penuh tanggungjawab.

Tantangan terhadap lingkungan jika mengambil keputusan dilemma etika pasti akan muncul,  dengan adanya  komunikasi dan diskusi maka segala tantangan akan dapat teratasi,  dan tetap dengan i berdasar kepada keputusan yang diambil  adalah benar melawan benar dengan tidak adanya benturan terhadap aturan atau regulasi yang ada, Pengambilan keputusan yang tentunya berpegang dan mengidentifikasi kasus berdasarkan 4 paradigma  dapat tepat diidentifikasi misalnya dilemma tersebut lebih condong ke paradigma individu melawan kelompok, paradigma rasa keadilan melawan kasihan, paradigm kebenaran melawan kesetiaan ataupun paradigm jangka pendek dan jangka panjang. tantangan dalam mengidentifikasikan paradigm juga sangat penting.  Kemudian menggunakan 3 prinsip tantangan yang dihadapi adalah pada pola  pikir terhadap dilema harus tepat, apakah dilema itu diputuskan berdasarkan End Base thinking, Rule Base Thinking maupun Care Base Thinking ataukan ada satu pemikiran yang menjadi  jalan  tengah, kolaborasi ataupun penyelesaian kreatif yang lebih baik lagi dan dipandang efektif sebagai sutu pengambilan keputusan.

Yang dilakukan oleh pemimpin pembelajarn akan mempengaruhi sistem pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung,  dengan tetap kembali lagi ke filosophi KHD bahwa pengajaran adalah memerdekakan murid dalam arti memberikan pengajaran sesuai dengan kemampuan murid ataupun kebutuhan murid, dengan memperhatikan karakterisitik atau gaya belajar murid, passion atau minat murid terhadap pembe;ajaran, yang yang terpenting keputrusan itu membuat kondisi pembelajaran makin kondusif makin membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan siswa merasa nyaman berada dilingkungan sekolah. Secara jangka pendek keputusan seorang pemimpin bisa saja menyelesaikan masalah saat ini, namun akan timbul masalah dimasa yang akan datang harus menjadi suatu pertimbangan. Bisa saja keputusan yang tidak tepat akan mengakibatkan luka masa lalu bagi murid ataupun personal yang merasa diperlakukan tidak adil.

Seorang pemimpin kadang dijadikan panutan bagi yang lain, cara berpikir, cara bertindak , mungkin kepribadian kita dijadikan panutan bagi yang kita pimpin termasuk juga murid, keterbukaan  seorang pemimpin dalam merefleksikan hasil yang akan terjadi atau ketajaman intuisi terhadap perkembangan murid merupakan kemampuan yang harus diasah dengan sering melihat langsung ke dalam permasalahan, sehingga mampu merasakan dan mengumpamakan kita berada diposisi tersebut, Hal ini akan menjadikan pertimbangan Jikalau kita memutuskan dengan tidak bijak kita dapat menggambarkan kemungkinan terburuk yang mungkin akan dialami oleh murid kita atau yang kita pimpin.

Kesimpulan akhir yang saya dapat dari modul 3.1 ini adalah kita mampu mengambil keputusan berbasis pada nilai-nilai kebajikan, serta mampu menerapkan strategi pengambilan keputusan dengan tujuan untuk menghindari adanya isu kode etik kepemimpinan, secara khusus kembali lagi karena sekolah adalah institusi pembentukkan karakter maka pemgambilan keputusan tetap mengacu pada nilai-nilai kebajikan sebagai acuan utama, Serta kita sebagai pemimpin [pembelajaran diharapkan mempraktekkan  dan menunjukkan sikap yang reflektif, kritis, kreatif, terbuka dalam menganalisis dilemma etika atau bujukan moral, serta mampu dengan tepat mengkaitkan paradigm dalam dilema etika, mampu bertindak sesuai prinsip membuat keputusan, serta mampu menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan.

Konsep pemahaman saya terhadap dilemma etika yaitu Dilema etika lebih mengarah jika kita dihadapkan kepada pengambilan keputusan yang terkait dengan benar lawan benar dimana kondisi ini dianggap benar keduanya dari perspektif masing-masing personal, sedangkan bujukan morak kita dihadapkan pada suatu pengambilan keputusan benar lawan salah dimana bagaimana kita membuat keputusan yang bertanggung jawab bahwa tindakan tersebut tergolong dalam kategori salah karena melanggar ketentuan yang ada. Sehingga kita wajib memutuskan bahwa tindakan tersebut salah karena melanggar norma, regulasi maupun kode etik. Sedangakn pemahaman terhadap 4 paradigma pengambilan keputusan adalah ketepatan kita dalam mengidentifikasi suatu dilemma etika lebih condong atau lebih tepat dimasukkan dalam paradigm individual versus community, Justice versus mercy,  truth versus loyality ataupun paradigm short terms versus long term ketepatan kita dalam mengidentifikasi paradigma akan menentukan ketepatan langkah kita dalam mengurai sutu dilemma. Sedangkan pemahaman saya tentang 3 prinsip pengambilan keputusan berdasarkan kepada renungan dengan mindfullnes atau kesadaran penuh bahwa dilema tersebut dapat diselesaikan secara renungan atau berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan maupun berpikir berbasis rasa peduli, hal ini akan berpengaruh pada pola aksi yang akan kita lakukan dlam pengambilan keputusan. Sedangkan pemahaman 9 langkah pengambilan keputusan yang idealnya akan menghasilkan keputusan yang efektif antara lain seorang pemimpin harus dapat menjalankan beberapa langkah dalam pengambilan keputusan yitu langkah 1 yaitu mengenali nilai-nilai yang bertentangan dengan menerapkan 3 kunci yaitu  identifikasi masalah, mengklasifikasikan apakah dilema etika atau bujukan moral, apakah regulasi sebagai data atau belas kasihan sebagai dasar kita mengidentifikasikan masalah adalah langkah yang penting, Langkah 2 adalah menentukan siapa yang terlibat, Langkah ke3 adalah mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan sitiasi yang terjadi, Langkah ke 4 adalah pengujian Benar atau salah yang dilakukan dengan 5 uji antaralain: Uji legal, Uji Regullasi, Uji Intuisi, Uji Publikasi, Uji Panutan, langkah ke5 adalah pengujian paradigma benar lawan benar, Langkah ke 6 adalah Melakukan prinsip resolusi dalam menyelesaikan dilemma yang dipakai sehingga akan berimbas dalam proses berpikir apakah berbasis hasil akhir, peraturan ataukah rasa peduli. Sedangkan  dari hasil berpikir tersebut adapak ditemukan jalan tengah atau kombinasi cara berpikir apa yang merupakan ide cemaerlang atau kreatif sebagai solusi pintar. Langkah ke 7 adalah Investigasi Opsi Trilemma dengan menemukan golden solution, Langkah ke 8 adalah Buat Keputusan yaitu suatu titik yang harus dialkukan pemimpin dalam memutuskan arah kebijakan dengan keberanian secara moral untuk melakukannya. Langkah ke 9 adalah melihat kembali keputusan dan merefleksikan, hal ini sangat penting dilakukan sebagai bentuk pengelolaan umpan balik dan perumusan atau analisis yang telah dilakukan terhadap sesuatu keputusan sehingga jika dimungkinkan keputusan itu akan digunakan sebagai pilihan terbaik dapat juga ada revisi atau perbaikan keputusan yang lebih baik lagi untuk masa yang akan datang.

Sebelum mempelajari modul ini saya hanya memandang kasus itu pada suatu kondisi benar dan salah tanpa bisa mengidentifikasikan apakah itu dilema etika ataukah bujukan moral saja walaupun kedang permasalahan yang kita lamai lebih banyak ke dilema etika namun kita belum tepat mengidentifikasinya, setelah mempelajari  modul ini pemahaman tentang dilema etika dan bagaimana seorang pemimpin menyikapi hal tersebut sangatlah penting dan menjadikan pengalaman baru bagi saya jika dihadapkan pada pengambilan keputusan sebagai sesotang pemimpin.

Pengalaman saya ketika menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situuasi moral dilema adalah mengembalikan lagi pada konsep apakah yang kita lakukan sudah benar menunrut peraturan norma ataukah posisi kita sebagai pendidik, apakah efek social ataupun dampak kita di masyarakat ketika kita mengambil keputusan yang berdampak langsung pada personal, apakah dapat membuat nyaman bagi yang kita berikan putusan, bagaimana persaan yang mereka rasakan ketika masuk dalam sebuah dilema itu menjadi hal yang penting dalam membantu kita bijak dalam mengambil keputusan. Setelah mempelajari modul ini ketepatan kita dalam menyimpulkan sebuah paradigma dilema, ketepatan berpikir kita dalam mengatasi permasalahan berpikir serta menjalankan 9 langkah pengambilan keputusan yang efektif berdasarkan konten masalah.

Dampak mempelajari modul ini agar kita harus lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan, perlu pemikiran matang dan bijak, perlu sosialisasi tentang apa yang tidak melanggar regulasi sebagai langkah preventif, serta membuka mindset agar berpikir secara TIRTA melakukan praktek coaching dalam melakukan pendekatan baik individu maupun kelompok, serta kembali lagi pada filosophi dilema etika harus diputuskan berdasarkan nilai kebajikan yang berpihak pada murid, serta melaksanakan keputusan dengan penuh tanggung jawab.  Perubahan yang saya rasakan adalah akan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan jika menemukan suatu dilema baik berhubungan dengan dilema etika maupun dilema moral agar keputusan yang kita ambil adalah terefektif dan tidak melukai nilai kebajikan.

Modul ini sangat penting, karena pemimpin pembelajaran salah satu tugas adalah membentuk karakter warga sekolah karena sejatinya sekolah adalah instutusi moral yang dirancang untuk membentuk karakter para warganya. Karakter akan terbentuk jika kita tidak melupakan filosophi KHD, nilai kebajikan yang diyakini, proses coaching sebagai metode penggalian potensi serta yang terpenting adalah Kepala sekolah sebgai pemimpin pembelajaran yang juga sebagai Top Manajemen dimana kekuasaan pengambilan keputusan adalah menjadi ranah bagi Pemimpin Instutusi, dengan pertimbagan matang langkah-langkah yang benar akan mengakibatkan keputusan yang kita ambil ebnar-benar keputusan bijaksana dan tepat.     

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar